Rabu, 07 November 2018

PERBEDAAN FLOKULASI DAN DEFLOKULASI



MEMAHAMI DENGAN MUDAH KONSEP FLOKULASI DAN DEFLOKULASI

Dalam bidang ilmu farmasi, kata kata ilmiyah bukanlah hal yang asing lagi ditelinga kita, seperti flokulasi, deflokulasi, coalesens, creaming dan lain lain. hal ini sangatlah penting untuk diketaui karena sebagai seseorang yang mempelajari suatu disiplin ilmu pasti yang segala sesuatunya harus benar benar dipertanggungjawabkan, kita harus benar benar mempelajarinya. Seperti halnya flokulasi dan deflokulasi kedua hal ini sangtlah penting untuk dipelajari, terutama perbedaan dari keduanya.


APA ITU FLOKULASI ?
Dalam sediaan cair seperti suspensi, flokulasi secara umum didefinisikan sebagai suatu proses mengendapnya partikel karena adanya gaya gravitasi dan faktor faktor lain yang mempengaruhi seperti besarnya ukuran partikel, rendahnya viskositas sediaan dan faktor-faktor lainya, dalam sistem suspensi terbagi atas dua yaitu sistem flokulasi dan deflokulasi. Untuk memahaminya pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu sifat dan karakteristik dari partikel.

APA SAJA SIFAT DAN KARAKTERISTIK PARTIKEL ?
Sebagaimana yang kita ketahui secara teoritis partikel adalah sebuah satuan dasar dari benda atau materi. Bisa juga dikatakan Partikel merupakan satuan bagian terkecil dari suatu materi. Jenis Partikel ini ada 3 yaitu: atom, molekul, dan ion. Jadi baik atom, molekul, dan ion ke tiga-nya merupakan satuan terkecil dari materi yg secara umum disebut partikel.
Partikel berdasarakan jenisnya ada yang berbentuk padatan, cairan  maupun gas. Yang umumnya memiliki muatan yang memungkinkan setiap partikel dapat berinteraksi antar partikel sejenis maupun dengan yang tidak sejenis, pada permukaan partikel memiliki tingkat energi yang berbeda beda, umumnya disebut energi bebas permukaan. Energy bebas permukaan ini memiliki korelasi dengan ukuran partikel dan interaksinya, ukuran partikel berbanding terbalik dengan energy bebas permukaan dan berbanding lurus dengan kecenderungan partikel untuk berinteraksi, sederhananya semakin besar ukuran partikel maka energi bebas permukaan semakin kecil, energi bebas permukaan yang kecil maka kecenderungan partikel berinteraksi semakin kecil juga.

TERUS APA HUBUNGANNYA SIFAT PARTIKEL DENGAN FLOKUKASI DAN DEFLOKULASI ?
Sifat partikel yang terdispersi dalam fase pendispersi (bukan larutan) pada umumnya tetap akan mengalami pemisahan, hanya saja memiliki waktu yang berbeda beda tergantung faktor faktor yang mempengaruhinya, berdasarkan persamaan hokum stokes yang menyatakan bahwa kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan diameter partikel, bobot jenis dan gravitasi, dan berbanding terbalik dengan viskositas.
Flokulasi dan deflokulasi keduanya sama sama merupakan proses pengendapan, namun memiliki letak perbedaanya ada pada bentuk partikel yang terflokulasi, untuk partikel yang mengendap pada suspensi sistem flokulasi adalah partikel yang terbuka, yang apa bila membentuk endapan masi terdapat rongga rongga yang yang memungkinkan endapan pada suspensi sitem flokulasi dapat diredispersikan, berbeda dengan suspensi sistem deflokulasi, bentuk partikel yang membentuk endapan adalah flokulat sistem tertutup, yang menyebabkan endapan yang terbentuk tidak dapat diredispersikan lagi.

LALU SISTEM SUSPENSI APA YANG TERBAIK ?
Sistem suspensi yang baik bukan flokulasi ataupun deflokulasi, tapi suspense yang baik yaitu gabungan dari sistem suspensi flokulasi dan deflokulasi, yaitu suspensi yang yang memiliki kecepatan pengendapan yang rendah dan apabila bila terbentuk endapan akan mudah diredispersikan kembali.

BAGAIAMANA HUBUNGANNYA DENGAN STABILITIAS SEDIAAN FARMASI ?
Sistem flokulasi dan deflokulasi dua duanya adalah suatu bentuk ketidak stabilan, kenapa dikatakan demikian karena kedua sistem adalah proses pengendapan partikel, dimana hal ini tidaklah diinginkan untuk terjadi, karena dapat mempengaruhi homogenitas sediaan, bisa dibayangkan bagaiaman jika suatu sediaan obat cair yang partikel dari zat aktifnya megalami pengendapan, hal ini mempengarui keseragaman dosis, sederananya, ketika konsentrasi obat lebih banyak pada bagian bawah wadah, otomatis pada bagian atas memiliki konsentrasi obat yang lebih rendah, hal ini dapat mempengaruhi terapi dari suatu obat.

APA SAJA SEDIAAN SEDIAN YANG TERGOLONG SISTEM FLOKULASI DAN YANG TERGOLONG  SISTEM DEFLOKULASI ?
Suspensi suspensi yang tergolong dalam sistem flokulasi pada umumnya yaitu yang memiliki viskosistas yang lebih rendah, sehingga menyebabkan partikel cepat mengendap, biasanya pada suspensi kering (dry suspension), jenis suspensi ini setelah direkonstitusi dan didiamkan pada saat penyimpanan, akan cepat membentuk endapan, namun mudahh untuk diredispersikan lagi, sedangkan untuk suspensi sistem deflokulasi adala suspense yang memiliki viskositas yang tinggi karena adanya penggunaan suspending agent pada formulasi sediaan, hal ini yang memungkinkan proses pengendapan menjadi lebih lambat, dan ketika terbentuk endapan, tidak dapat diredispersikan lagi.
Hal ini, tidak dijadikan dasar sepenuhnya, karena penggolongan suspensi flokulasi dan deflokulasi bergantung pada banyak faktor, seperti bentuk partikel, ukuran partikel, viskositas ediaan dan faktor faktor lainnya.

BAGAIMANA MENGATAHUI SEDIAAN YANG MASIH STABIL DAN YANG SUDAH RUSAK ?
Pada umumnya untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dlakukan berbagai cara, baik itu secara instrumental maupun pengamatan visual. Sediaan yang mengalami kerusakan pada umumnya terlihat adanya perubahan fisik, berupa perubahan warna, pengendapan, penggumpala, perubahan bau dan parameter parameter lain, untuk sediaan dispersi kerusakan biasanya ditandai dengan adanya penggumpalan partikel membentuk aglomerat, pemisahan fase, hingga pengendapan partikel yang tidak dapat didipersikan lagi (Caking), pada kondisi terntentu juga dapat terjadi reaksi oksidasi ataupun hidrolisis yang menyebabkan adanya perubahan warna ataupun aroma. Untuk sediaan sediaan obat cair lainnya memiliki parameter yang kurang lebih sama dan juga ada yang berbeda untuk menentukan terjadinya kerusakan.

BAGAIMANA PERAN FARMASI MENGENAI HAL INI ?
farmasi telah melakukan berbagai cara untuk memodifikasi dan pengembangkan kinerja dari suspending agent untuk meningkatkan stabilitas sediaan suspense, sebagaimana yang diketahui bahwa efek penambahan suspending terhadap proses flokulasi sangatlah berhubungan.
pending agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses pengendapan. Pembuat formulasi harus memilih suspending agent secara tunggal atau kombinasi dan pada konsentrasi yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pemilihan suspending agent yaitu: kesesuaian secara kimia dengan bahan yang lain, khususnya obat, pengaruh pH obat, penampilan, dan harga (Nash, 1996).
Para ahli farmasi hingga saat ini terus melakukan penelitian-penelitian terkait pengembangan stabilitas sediaan. Beberapa diantaranya ialah studi stabilitas fisik suspensi oral rofecoxib menggunakan pendekatan flokulasi terkontrol, investigasi sifat suspending agent menggunakan AlOH sebagai pemodelan obat dan masih bnyak peranan farmasi lainnya dalam al peningkatan stabilitas sediaan farmasi.

APA HAL-HAL YAG HARUS DIKETAUI OLEH KONSUMEN ?
Mengetahui karakteristik perbedaan masing masing sediaan obat laruta, cara penggunaan hingga penyimpanan, Untuk sediaan suspensi, memiliki masala utama terkait ketidakstabilan partikel untuk selalu berada pada keadaan terdispersi, sediaan suspense pada umumnya akan mengalami pengendapan setelah penyimpanan pada waktu tertentu, oleh sebab itu penggojokan perlu dilakukan untuk menjamin distribusi dosis sebelum suspense dikonsumsi, penyimpanan disrankan untuk dihindari dari paparan cahaya langsung, suhu yang tinggi, jangkauan anak anak dan hindari faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan obat. Sebelum dikonsumsi kondisi obat perlu dichek terlebih dahulu menggunakan pengamatan visual untuk mengetahui adanya kerusakan obat serta perhatikan tanggal kadarluarsa.
Semoga Bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M, 2000, Farmasetika, 2000, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press; Jakarta
Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment.
Joenoes N.Z., 2001, ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, Edisi 1, hal.16, Airlangga University Press, Surabaya.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,. Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
Lachman, L., Lieberman, A. H., and Kanig L. J., 1996, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Suyatmi S., Edisi ketiga, 399-401, 405-412, UI Press, Jakarta.
Muralidhar, S. et al. 2013.  Studies on Physical Stability of Rofecoxib Oral Suspension Using Controlled Flocculation Approach. Orissa; India
Nash, A. R., 1996, Pharmaceutical Suspensions, in Herbert A. Lieberman, Martin M. Rieger, Gilberts, Banker, Pharmeceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Vol. 2, New York
Ordu, J. And Amarauche, C. 2015. Natural Hydrogel Obtained from Cochorus Olitorious Plants. II: Investigation of the Suspending Properties using Aluminium Hydroxide as a Model Drug. University of Port Harcourt; University of Nigeria, Nsukka.
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,Yogyakarta.
Retno, M. 2010.  Formulasi Suspensi Siprofloksasin Menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik Dan Daya Antibakteri. Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta.


HUBUNGAN ELECTRICAL DOUBLE LAYER DAN ZETA POTENSIAL



CARA MUDAH MEMAHAMI RUMITNYA KONSEP “ELEKTRICAL DOUBLE LAYER” DAN “ZETA POTENSIAL”
Pernakah kamu mendengar tentang lapisan rangkap listrik atau kerennya disebut Electrical double layer dan entang zeta potential ? sudah kah kamu memahaminya ? terkadang kita merasa ilmu pengetahuan yang kita miliki sudah sangat cukup, namun itu adalah suatu bentuk kekeliruan karena segala sesuatu yang kita ketahui tidaklah akan ada apa apanya dibandingkan jika kita harus mengetahui keseluruhan ilmu pengetahuan yang ada saat ini. langsung saja, mungkin kamu pernah membaca atau mendengarkan disaat kuliah tentang electrical double layer dan zeta potential,namun karena rumitnya bahasan tentang ini kamu enggan untuk mempelajarinya lebih lanjut. Kali ini dalam artikel ini akan dibahas terkait dua materi ini dengan cara yang lebih sederhana untuk memaaminya.



SECARA TEORITIS Electrical double layer
Teori tentang Electrical double layer atau lapisan rangkap listrik telah dikemukakan oleh  Helmoltz, Gouy Chapman dan Stern. Teori Helmholtz mengemukakan bahwa akan terjadi peristiwa penetralan muatan dipermukaan logam dengan muatan pada pada larutan, serta beda potensial akan berkurang dengan bertambahnya jarak dari permukaan logam. sedangkan teori Gouy Chapman mengemukaan bahwa potensial dipermukaan logam dipengaruhi oleh ion yang berada dipermukaan dan ion yang memiliki muatan berbeda yang ada pada larutan serta semakin jauh jarak dari permukaan maka konsentrasi akan semakin kecil, hal ini dikarenakan adanya difusi muatan melalui diffuse double layer . sedangkan teori stern mengemukakan bahwa ion ion hanya berada pada jarak beberapa nanometer dari permukaan logam (tidak menempel) yang juga mengasumsikan bahwa ion ion dapat diserap disebuah lapisan  yang disebut stern layer. Nilai potensial akan menuruan secara linier pada stern layer dan akan menurun secara eksponensial diffusion layer.

PEMAHAMAN SEDERHANANYA Electrical double layer adalah
Electrical double layer adala lapisan rangkap listrik yang terbentuk secara langsung karena adanya interaksi antara muatan pada partikel dengan muatan pada larutan, partikel yang didispersikan dalam larutan permukaannya akan terbentuk lapisan lapisan yang disusun oleh muatan muatan pada larutan, lapisan pertama yang menempel pada permukaan partikel disebut stern layer, lapisan kedua disebut Gouy chapman layer atay diffusion layer , dan lapisan setelahnya sliping plane.
Zeta Potensial
Zeta Potential adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid. Nilai zeta potensial berbanding terbalik dengan kecenderungan partikel berinteraksi. Untuk sediaan sistem disperse, nilai zeta potensial ini sangat berperan untuk  menentukan kestabilan dari suatu sediaan sistem dispersi, yang pada tetapannya nilai zeta potensial berbanding lurus dengan kestabilan suatu sistem dispersi.
Untuk mempermudah memahaminya, harus di pahami dulu sifat ataupun karakteristik dari larutan.

MEMAHAMI PERBEDAAN LARUTAN, KOLOID DAN SUSPENSI
Perbedaan berdasarkan jenis campuran dan ukuran partikel.
Larutan
Adalah campuran homogen dari zat terlarut dan pelarutnya yang tidak dapat dibedakan lagi secara kasat mata, memiki ukuran ikatan kurang dari 1 nm, cenderung lebih stabil.
Koloid
Adalah sistem dispersi padat cair atau dispersi cair cair (tidak melarut secara homogen), memiliki ukuran partikel kurang lebih 2-500 nm, masih dapat dibedakan menggunakan mikroskop electron, cenderung tidak stabil (tidak stabil dimaksudkan karena memungkinkan adanya interaksi antar partikel untuk membentuk partikel yang lebih besar, dan menyebabkan ketidakstabilan berupa penggumpalan, pengendapan ataupun pengapungan).
Suspensi
Pada umumnya adalah campuran heterogen yang merupakan sistem disperse padat cair, memiliki ukuran partikel >500 nm, dapat diamati dengan kasat mata dan cenderung membentuk endapan.

SELANJUTNYA PAHAMI SIFAT DARI PARTIKEL
Sebagaimana yang kita ketahui secara teoritis partikel adalah sebuah satuan dasar dari benda atau materi. Bisa juga dikatakan Partikel merupakan satuan bagian terkecil dari suatu materi. Jenis Partikel ini ada 3 yaitu: atom, molekul, dan ion. Jadi baik atom, molekul, dan ion ke tiga-nya merupakan satuan terkecil dari materi yg secara umum disebut partikel.
Partikel berdasarakan jenisnya ada yang berbentuk padatan, cairan  maupun gas. Yang umumnya memiliki muatan yang memungkinkan setiap partikel dapat berinteraksi antar partikel sejenis maupun dengan yang tidak sejenis, pada permukaan partikel memiliki tingkat energi yang berbeda beda, umumnya disebut energi bebas permukaan. Energy bebas permukaan ini memiliki korelasi dengan ukuran partikel dan interaksinya, ukuran partikel berbanding terbalik dengan energy bebas permukaan dan berbanding lurus dengan kecenderungan partikel untuk berinteraksi, sederhananya semakin besar ukuran partikel maka energi bebas permukaan semakin kecil, energi bebas permukaan yang kecil maka kecenderungan partikel berinteraksi semakin kecil juga.

TERUS APA HUBUNGANNYA DENGAN ELECTRICAL DOUBLE  LAYER (Lapisan Rangkap Listrik)  dan ZETA POTENSIAL ?
Hubungannya dengan Electrical double layer
Pada bahasan sebelumnya kita mengetahui bahwa suatu partikel memiliki muatan, entah itu muatan positif ataupun muatan negatif, muatan pada partikel ini ini akan berinteraksi dengan dengan muatan yang terdapat dalam larutan, hasil interaksi akan membentuk lapisan pada permukaan partikel, lapisan ini tersusun dari kumpulan muatan muatan yang yang berasal dari larutan, lapisan pertama yang menempel langsung pada permukaan partikel disbut dengan lapisan stern (Stern layer), ketika partikel bermuatan negatif, maka pada lapisan stern akan disusun oleh muatan muatan yang yang bersifat positif, dan begitu juga sebaliknya. Untuk lapisan kedua akan diisi oleh muatan muatan positif ataupun negatif secara kontinyu selalu bergantian hingga berada pada ke keadaan setimbang, lapisan ini disebut juga diffusion layer, dan pada lapisan ketiga disusun oleh muatan muatan positif ataupun negatif dengan susunan muatan yang lebih renggang, kondisi muatan muatan pada masing masing lapisan memiliki nilai potensial yang berbeda berbeda.

Hububngannya dengan Zeta potensial
Lantas bagaiamana hubungannya dengn nilai zeta potensial ? kembali lagi pada bahasan sebelumnya terkait electrical double layer. Sebagaimana yang kita bahas sebelumnya terdapat lapisan lapisan muatan pada permukaan partikel, muatan muatan ini berada pada tempat tempat tertentu atau bagian bagian tertentu yang masing massing memiliki nilai potensialnya.
1. Permukaan partikel disebut dengan surface potensial
2. Lapisan setelahnya disebut Stern Potensial
3. Lapisan paling luar atau jarak dari permukaan partikel hingga susunan muatan paling akhir disebut zeta potensial
Nah zeta potensial ini dimaksudkan sebagai parameter muatan listrik atau sederhananya adalah keseleruhan muatan penyusun lapisan lapisan yang menempel pada partikel mulai dari lapisan pertama hingga lapisan  paling akhir, yang dimana semakin tinggi nilai zeta potensial ini maka gaya tolak menolak antar partikel semakin tinggi, atau kecenderungan interaksi antar partikel semakin kecil karena dihalangi oleh lapisan lapisan muatan listrik

BELUM PAHAM ? INI CONTOH SEDERHANANYA
Bayangkan kamu dan satu orang temanmu adalah suatu partikel yang bermuatan negatif kemudian dimasukan dalam suatu ruangan yang didalamnya terdapat muatan muatan positif dan negatif, hal yang yang pertama akan terjadi adalah permukaan tubuhmu akan ditempeli oleh muatan muatan positif yang ada dalam ruangan membentuk suatu lapisan, lapisan ini dinamkaan stern layer, diikuti oleh lapisan lapisan selanjutnya, nah lapisan lapisan muatan yang menempel pada permukaan tubuhmua dan permukaan tubuh teman kamu ini lah yang menjadi penghalang kalian berdua untuk berinteraksi, beginilah electrical double layer dan nilai zeta potential  bekerja.

TERUS BAGAIAMANA HUBUNGANNYA DENGAN STABILITIAS SEDIAAN FARMASI KHUSUSNYA SISTEM DISPERSI
Sistem dispersi koloid ataupun suspensi, merupakan sediaan cair yang terdiri dari dua atau lebih fase internal yang terdispersi dalam fase eksternal, fase internal ini biasa berupa partikel dengan ukuran yang sangat kecil. Kita telah mengetahui sifat dan karakteristik dari partikel pada bahasan sebelumnya, partikel partikel ini memiliki kecenderungan untuk saling berinteraksi satu sama lain, untuk membentuk partikel yang lebih besar (aglomerat), partikel partikel yang membentuk aglomerat ini menjadikan sediaan tidak stabil, yang bentuk bentuk ketidakstabilannya dapat mempengaruhi efektivitas dari sediaan farmasi. Namun bentuk ketidakstabilan ini dapat terhambat prosesnya dengan adanya ­Electrical double layer, lapisan rangkap listrik ini akan mempertahankan partikel partikel untuk tetap berada pada keadaan terdispersi, dengan otomatis sediaan akan tetap stabil.

SELAIN TERJADINYA INTERAKSI ANTAR PARTIKEL, FAKTOR-FAKTOR APA LAGI YANG MEMPENGARUHI STABILITAS SEDIAAN ?
Selain adanya interaksi antara patikel, faktor lain yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sediaan adalah perubahan suhu, paparan sinar matahari langsung, bau yang mnyengat, kontaminan dan faktor eksternal lainnya, hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan diindari karena dapat mempengaruhi stabilitas dari sediaan yang juga bisa menurunkan efektivitas dari sediaan dalam menjalankan aktivitasnya.

APA SAJA SEDIAAN DISPERSI ?
Sistem dispersi sediaan cair pada umumnya terbagi atas dua yaitu disperse padat cair (contohnya adalah sediaan sediaan suspense) dan disperse cair cair (contohnya adala sediaan sediaan emulsi.
-       Kalamin losio
-       Antasida
-       Antibiotic dry suspension
-       Hand and body lotion
-       dan lain lain

BAGAIMANA MENGATAHUI SEDIAAN YANG MASIH STABIL DAN YANG SUDAH RUSAK ?
Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dlakukan berbagai cara, baik itu secara instrumental maupun pengamatan visual. Sediaan yang mengalami kerusakan pada umumnya terlihat adanya perubahan fisik, berupa perubahan warna, pengendapan, penggumpala, perubahan bau dan parameter parameter lain, untuk sediaan disperse koloid kerusakan biasanya ditandai dengan adanya penggumpalan partikel membentuk aglomerat, pemisahan fase, hingga pengendapan partikel, pada kondisi terntentu juga dapat terjadi reaksi oksidasi ataupun hidrolisis yang menyebabkan adanya perubahan warna ataupun aroma. Untuk sediaan sediaan obat cair lainnya memiliki parameter yang kurang lebih sama dan juga ada yang berbeda untuk menentukan terjadinya kerusakan.

LANTAS BAGAIMANA PERAN FARMASI MENGENAI HAL INI ?
Sebagai profesi yang disiplin ilmunya adalah tentang segala sesuatu mengenai obat-obatan maupun pengobatan, seorang farmasis memiliki tugas untuk memperbaiki, mencegah, dan mengembangkan sediaan sediaan farmasi, memberikan informasi kepada pasien terkait bagaiamana tatalaksana penggunaannya untuk mencapai terapi yang maksimal.
Terkait electrical double layer, farmasis terus melakukan penelitian-penelitian terkait pengembangan stabilitas sediaan, khusunya dalam hal ini adalah pengujian pengujian terkait electrical double layer in dalam menigkatkan stabilitas sediaan, Beberapa diantaranya ialah studi tentang teori electrical double layer terhadap efek ukuran ion dalam molekul pelarut, efek electrical double layer dalam reaksi transfer ion, struktrur dan kapasitas electrical duble layer, teknik vibrasi permukaan spesifik terkait electrical double layer, efek electrical double layer dalam pemisahan emulsi minyak dalam air dan mekanisme statistical dari electrical double layer. Pengujian pengujian dilakukan untuk lebi mempelajari terkait sifat dari electrical double layer sehingga dapat dijadikan acuan ataupun dasar dari pengembangan stabilitas sediaan.

APA HAL-HAL YANG HARUS DIKETAUI OLEH KONSUMEN ?
Hal pertama yang harus dilakukan oleh konsumen, terkait penggunaan obat, dianjurkan untuk mempertanyakan segala sesuatu yang tidak diketahui kepada apoteker terkait obat obatan yang diterima.Dimulai dari bagaiaman cara penggunaannya, indikasi, efek samping, bagaimana mengatasi efeksamping, hingga bagaimana cara penyimanan yang baik, tidak lupa hal yang paling penting yaitu untuk selalu mengecek tanggal kadarluarsa obat sebelum menggunakannya.
Semoga Bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA
Henderson, D. 1982. The Statistical Mechanisme of the Electric Double Layer. University of Puerto Rico, Rio Pedras; USA.
Bikerman, J. 2009. Structure and Capasity of Electrical Double Layer. United Kindom
Lin, C., et al. 2016. Electrical Double Layer Effect on Ion Transfer Reaction. University of Oxford; United Kingdom.
Torrie, M. G. et al., 1989. Theory of The Electrical Double Layer: Ion Size Effect in a Molecular Solvent. Royal Military Colege; Canada.
Nagata, Y.  and Saul, M. 2018. Electrical Double Layer Probed by Surface-Specific Vibrational Technique. University of California ; USA
Sinha, S. et al . 2015. Electrical Double Layer Probed by Surface-Specific Vibrational Technique. University of Maryland  ;USA