Rabu, 07 November 2018

PERBEDAAN FLOKULASI DAN DEFLOKULASI



MEMAHAMI DENGAN MUDAH KONSEP FLOKULASI DAN DEFLOKULASI

Dalam bidang ilmu farmasi, kata kata ilmiyah bukanlah hal yang asing lagi ditelinga kita, seperti flokulasi, deflokulasi, coalesens, creaming dan lain lain. hal ini sangatlah penting untuk diketaui karena sebagai seseorang yang mempelajari suatu disiplin ilmu pasti yang segala sesuatunya harus benar benar dipertanggungjawabkan, kita harus benar benar mempelajarinya. Seperti halnya flokulasi dan deflokulasi kedua hal ini sangtlah penting untuk dipelajari, terutama perbedaan dari keduanya.


APA ITU FLOKULASI ?
Dalam sediaan cair seperti suspensi, flokulasi secara umum didefinisikan sebagai suatu proses mengendapnya partikel karena adanya gaya gravitasi dan faktor faktor lain yang mempengaruhi seperti besarnya ukuran partikel, rendahnya viskositas sediaan dan faktor-faktor lainya, dalam sistem suspensi terbagi atas dua yaitu sistem flokulasi dan deflokulasi. Untuk memahaminya pertama-tama kita harus memahami terlebih dahulu sifat dan karakteristik dari partikel.

APA SAJA SIFAT DAN KARAKTERISTIK PARTIKEL ?
Sebagaimana yang kita ketahui secara teoritis partikel adalah sebuah satuan dasar dari benda atau materi. Bisa juga dikatakan Partikel merupakan satuan bagian terkecil dari suatu materi. Jenis Partikel ini ada 3 yaitu: atom, molekul, dan ion. Jadi baik atom, molekul, dan ion ke tiga-nya merupakan satuan terkecil dari materi yg secara umum disebut partikel.
Partikel berdasarakan jenisnya ada yang berbentuk padatan, cairan  maupun gas. Yang umumnya memiliki muatan yang memungkinkan setiap partikel dapat berinteraksi antar partikel sejenis maupun dengan yang tidak sejenis, pada permukaan partikel memiliki tingkat energi yang berbeda beda, umumnya disebut energi bebas permukaan. Energy bebas permukaan ini memiliki korelasi dengan ukuran partikel dan interaksinya, ukuran partikel berbanding terbalik dengan energy bebas permukaan dan berbanding lurus dengan kecenderungan partikel untuk berinteraksi, sederhananya semakin besar ukuran partikel maka energi bebas permukaan semakin kecil, energi bebas permukaan yang kecil maka kecenderungan partikel berinteraksi semakin kecil juga.

TERUS APA HUBUNGANNYA SIFAT PARTIKEL DENGAN FLOKUKASI DAN DEFLOKULASI ?
Sifat partikel yang terdispersi dalam fase pendispersi (bukan larutan) pada umumnya tetap akan mengalami pemisahan, hanya saja memiliki waktu yang berbeda beda tergantung faktor faktor yang mempengaruhinya, berdasarkan persamaan hokum stokes yang menyatakan bahwa kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan diameter partikel, bobot jenis dan gravitasi, dan berbanding terbalik dengan viskositas.
Flokulasi dan deflokulasi keduanya sama sama merupakan proses pengendapan, namun memiliki letak perbedaanya ada pada bentuk partikel yang terflokulasi, untuk partikel yang mengendap pada suspensi sistem flokulasi adalah partikel yang terbuka, yang apa bila membentuk endapan masi terdapat rongga rongga yang yang memungkinkan endapan pada suspensi sitem flokulasi dapat diredispersikan, berbeda dengan suspensi sistem deflokulasi, bentuk partikel yang membentuk endapan adalah flokulat sistem tertutup, yang menyebabkan endapan yang terbentuk tidak dapat diredispersikan lagi.

LALU SISTEM SUSPENSI APA YANG TERBAIK ?
Sistem suspensi yang baik bukan flokulasi ataupun deflokulasi, tapi suspense yang baik yaitu gabungan dari sistem suspensi flokulasi dan deflokulasi, yaitu suspensi yang yang memiliki kecepatan pengendapan yang rendah dan apabila bila terbentuk endapan akan mudah diredispersikan kembali.

BAGAIAMANA HUBUNGANNYA DENGAN STABILITIAS SEDIAAN FARMASI ?
Sistem flokulasi dan deflokulasi dua duanya adalah suatu bentuk ketidak stabilan, kenapa dikatakan demikian karena kedua sistem adalah proses pengendapan partikel, dimana hal ini tidaklah diinginkan untuk terjadi, karena dapat mempengaruhi homogenitas sediaan, bisa dibayangkan bagaiaman jika suatu sediaan obat cair yang partikel dari zat aktifnya megalami pengendapan, hal ini mempengarui keseragaman dosis, sederananya, ketika konsentrasi obat lebih banyak pada bagian bawah wadah, otomatis pada bagian atas memiliki konsentrasi obat yang lebih rendah, hal ini dapat mempengaruhi terapi dari suatu obat.

APA SAJA SEDIAAN SEDIAN YANG TERGOLONG SISTEM FLOKULASI DAN YANG TERGOLONG  SISTEM DEFLOKULASI ?
Suspensi suspensi yang tergolong dalam sistem flokulasi pada umumnya yaitu yang memiliki viskosistas yang lebih rendah, sehingga menyebabkan partikel cepat mengendap, biasanya pada suspensi kering (dry suspension), jenis suspensi ini setelah direkonstitusi dan didiamkan pada saat penyimpanan, akan cepat membentuk endapan, namun mudahh untuk diredispersikan lagi, sedangkan untuk suspensi sistem deflokulasi adala suspense yang memiliki viskositas yang tinggi karena adanya penggunaan suspending agent pada formulasi sediaan, hal ini yang memungkinkan proses pengendapan menjadi lebih lambat, dan ketika terbentuk endapan, tidak dapat diredispersikan lagi.
Hal ini, tidak dijadikan dasar sepenuhnya, karena penggolongan suspensi flokulasi dan deflokulasi bergantung pada banyak faktor, seperti bentuk partikel, ukuran partikel, viskositas ediaan dan faktor faktor lainnya.

BAGAIMANA MENGATAHUI SEDIAAN YANG MASIH STABIL DAN YANG SUDAH RUSAK ?
Pada umumnya untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dlakukan berbagai cara, baik itu secara instrumental maupun pengamatan visual. Sediaan yang mengalami kerusakan pada umumnya terlihat adanya perubahan fisik, berupa perubahan warna, pengendapan, penggumpala, perubahan bau dan parameter parameter lain, untuk sediaan dispersi kerusakan biasanya ditandai dengan adanya penggumpalan partikel membentuk aglomerat, pemisahan fase, hingga pengendapan partikel yang tidak dapat didipersikan lagi (Caking), pada kondisi terntentu juga dapat terjadi reaksi oksidasi ataupun hidrolisis yang menyebabkan adanya perubahan warna ataupun aroma. Untuk sediaan sediaan obat cair lainnya memiliki parameter yang kurang lebih sama dan juga ada yang berbeda untuk menentukan terjadinya kerusakan.

BAGAIMANA PERAN FARMASI MENGENAI HAL INI ?
farmasi telah melakukan berbagai cara untuk memodifikasi dan pengembangkan kinerja dari suspending agent untuk meningkatkan stabilitas sediaan suspense, sebagaimana yang diketahui bahwa efek penambahan suspending terhadap proses flokulasi sangatlah berhubungan.
pending agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses pengendapan. Pembuat formulasi harus memilih suspending agent secara tunggal atau kombinasi dan pada konsentrasi yang tepat. Faktor yang mempengaruhi pemilihan suspending agent yaitu: kesesuaian secara kimia dengan bahan yang lain, khususnya obat, pengaruh pH obat, penampilan, dan harga (Nash, 1996).
Para ahli farmasi hingga saat ini terus melakukan penelitian-penelitian terkait pengembangan stabilitas sediaan. Beberapa diantaranya ialah studi stabilitas fisik suspensi oral rofecoxib menggunakan pendekatan flokulasi terkontrol, investigasi sifat suspending agent menggunakan AlOH sebagai pemodelan obat dan masih bnyak peranan farmasi lainnya dalam al peningkatan stabilitas sediaan farmasi.

APA HAL-HAL YAG HARUS DIKETAUI OLEH KONSUMEN ?
Mengetahui karakteristik perbedaan masing masing sediaan obat laruta, cara penggunaan hingga penyimpanan, Untuk sediaan suspensi, memiliki masala utama terkait ketidakstabilan partikel untuk selalu berada pada keadaan terdispersi, sediaan suspense pada umumnya akan mengalami pengendapan setelah penyimpanan pada waktu tertentu, oleh sebab itu penggojokan perlu dilakukan untuk menjamin distribusi dosis sebelum suspense dikonsumsi, penyimpanan disrankan untuk dihindari dari paparan cahaya langsung, suhu yang tinggi, jangkauan anak anak dan hindari faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas sediaan obat. Sebelum dikonsumsi kondisi obat perlu dichek terlebih dahulu menggunakan pengamatan visual untuk mengetahui adanya kerusakan obat serta perhatikan tanggal kadarluarsa.
Semoga Bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M, 2000, Farmasetika, 2000, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press; Jakarta
Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment.
Joenoes N.Z., 2001, ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, Edisi 1, hal.16, Airlangga University Press, Surabaya.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri,. Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press, Jakarta.
Lachman, L., Lieberman, A. H., and Kanig L. J., 1996, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Suyatmi S., Edisi ketiga, 399-401, 405-412, UI Press, Jakarta.
Muralidhar, S. et al. 2013.  Studies on Physical Stability of Rofecoxib Oral Suspension Using Controlled Flocculation Approach. Orissa; India
Nash, A. R., 1996, Pharmaceutical Suspensions, in Herbert A. Lieberman, Martin M. Rieger, Gilberts, Banker, Pharmeceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Vol. 2, New York
Ordu, J. And Amarauche, C. 2015. Natural Hydrogel Obtained from Cochorus Olitorious Plants. II: Investigation of the Suspending Properties using Aluminium Hydroxide as a Model Drug. University of Port Harcourt; University of Nigeria, Nsukka.
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,Yogyakarta.
Retno, M. 2010.  Formulasi Suspensi Siprofloksasin Menggunakan Suspending Agent Pulvis Gummi Arabici: Uji Stabilitas Fisik Dan Daya Antibakteri. Universitas Muhammadiyah Surakarta; Surakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar